kaki ayam, polos, tanpa alas kaki, lambang kesederhanaan. Ini adalah kisah perjalananku yang apa adanya...
Senin, 20 Februari 2012
Ganja Nehi, Fly Acha!
Kami satu jamaah dikirim berdakwah ke Mansera, daerah bercuaca dingin di Provinsi Pakhtunkua, Pakistan. Ajib, dimana-mana ada semak-semak ganja.
Iya! Dimana-mana ada semak-semak ganja yang tumbuh liar, seperti halnya semak-semak di Indonesia. Di setiap ada semak, di sana ada tumbuhan ganja. Di pinggir jalan paling banyak, di pinggir-pinggir kebun sayur. Pokoknya dimana tanaman bisa tumbuh, di sana pasti nyelip pohon ganja. Ajib kan?
Begitu sampai di depan mesjid, menunggu barang bawaan kami diturunkan, saya sudah curiga melihat semak-semak yang ada di pinggir jalan. “Jangan-jangan ganja!”
Ehh pas siangnya ditugaskan khususi, di kiri kanan jalan setapak berumput banyak sekali pohon yang sama. Kepada Mubarak, anggota TNI aktif yang lama bertugas di Irian saya tanyakan, eh ini ganja ya? Tapi dia menjawab bukan. Saya sich hanya pernah melihat ganja dalam bentuk kering di kantor polisi saat meliput penangkapan ganja kering. Selebihnya ya lihat di foto-foto majalah, leaflet dan buku.
Namun dua hari kemudian Yassir dan Ansori asal Palembang yang sama-sama berangkat dari Jakarta dengan saya mengatakan tentang semak-semak ganja yang ada dimana-mana. Saya langsung nyeletuk, kata Ustadz Mubaraq itu bukan ganja.
“Positif ganja,” kata Yassir yang bernama asli Doni.
Saya sich lebih yakin dengan Yassir, karena saya tahu nyaris separuh badannya bertattoo aneh. Anak Palembang, bertatto, jarang yang belum pernah ‘nyimeng’, istilah buat ngisap ganja.
Kepada orang local saya katakan kalau daun ganja tersebut bisa buat ‘fly’. Eh mereka emang tahu.
Ternyata tanaman ganje tersebut memang tumbuh liar tanpa ditanam. Seperti umumnya semak yang tumbuh dengan bebas dan bebas dimana saja tanpa perlu dirawat, ganja di Pakistan tak ada nilainya. Makanya mereka kaget ketika saya katakana di Indonesia daun ganja kering bisa laku tiga juta rupiah (senilai 30 ribu rupee Pakistan) mereka tertawa.
“Di sini nggak ada nilainya. Ambil saja kalau mau,” kata mereka.
Tapi bukan mereka tidak faham efek dari tanaman yang diharamkan di Indonesia itu.
“Itu nggak bagus. Jaringan saraf bisa rusak,” kata orang Pakistan yang satu jamaah dengan saya. “Lihat saja, kambing aja nggak mau memakannya,” kata mereka.
Memang saya lihat kamping yang merumput (tepatnya mungkin menyemak yaa?) tak menyentuh sama sekali daun ganja tersebut. Kambing di Pakistan saja tau daun ganja nggak baik dikonsumsi, kok orang Negara kita doyan ya?
Tapi bukan berarti orang Pakistan nggak suka ‘fly’ lho. Di sana ada namnya naswar, terbuat dari tembakau yang sudah digiling halus dan difermentasikan. Salah satu campurannya konon daun ganja. Kebayang kan baunya? Tembakau basah aja baunya ‘sengak’ apalagi yang dibusukan gitu. Weahhh bau sampah busuk. Cuma orang sana, dari anak-anak sampai ang tua bangka banyak mengunakan.
Caranya naswar yang basah tersebut dibulat dengan ukuran kecil dari kelereng, lalu diselipkan di gusi dan bibir, seperti orang tua di Negara kita kalau menyirih. Efeknya membuat mereka ‘fly’. Bagi pemula, satu bulatan sudah bikin mabuk. Tapi bagi yang sudah sering menggunakan, dosisnya harus lebih untuk mendapatkan sensasi fly.
Naswar di Pakistan barang legal, jadi orang menggunakan dimana saja. Maka di tempat-tempat umum ya banyak bekas naswar berserakan, seperti tahi sapi segar. Kalo sudah memakai naswar mereka seperti orang mengantuk tapi melek.
Santri asing yang belajar di Pakistan ada juga yang coba-coba menggunakan naswar. Akhirnya ya ketagihan lah.
“Belajarnya gak selesai-selesai karena bawaah ‘fly’ terus,” kata santri Indonesia.
Di Pakistan memang lebih banyak orang menggunakan naswar ketimbang rokok. Harganya juga jauh lebih murah. Satu blok naswar sebesar kota korek api harganya 5 rupee Pakistan atau lima ratus perak duit kita. Kalau dijadikan ‘kelereng’ bisa dapat sepuluh atau dua belas. Dibanding perokok, saya pribadi lebih suka penaswar, karena perokok lebih royal dengan bagi-bagi racunnya sama orang-orang di sebelahnya, penaswar pelit, ngisap sendiri racunnya. :D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar